Tidak banyak yang tahu,
jika di Bukit Pasirlaja, Ds./Kec. Mangunjaya terdapat sebuah situs (peninggalan sejarah) yang konon berusia ratusan tahun. Situs tersebut berupa tiga buah batu, yaitu sebuah batu diduga sebuah meja (berbentuk segi empat) dan dua buah batu diduga tempat duduk (berbentuk bulat).
Berdasarkan pengamatan “KP”, pada di Bukit Pasirlaja, batu menyerupai meja memiliki tinggi sekitar 60 cm dan lebar sekitar 50 cm. Sedangkan dua buah batu menyerupai tempat duduk, memiliki tinggi sekitar 50 cm, dan diameter 50 cm.
Disayangkan, tidak ada warga yang dapat menjelaskan risalah tentang keberadaan batu yang persis sama dengan jenis batu di Candi Borobudur Magelang tersebut. Warga sekitar hanya meyakini, batu tersebut sebagai peninggalan sejarah peradaban masa lalu penduduk Mangunjaya.
Sementara itu, daerah Mangunjaya yang sekarang berupa wilayah kecamatan di DOB Pangandaran, pernah dijadikan tempat tilem (tempat tinggal sampai meninggal) seorang Senopati Mataram bernama Kanjeng Dalem Jaya Mustafa dengan para pengikutnya. Sang Kanjeng dan “wadya balad”, memilih tilem di sana, daripada pulang ke Mataram, tanah kelahirannya.
Kepala Desa Mangunjaya, Furkonudin (30) menjelaskan, dirinya mengetahui sejarah tersebut dari risalah para kepala Desa Mangunjaya sebelumnya. Menurut Furkonudin, setelah Kanjeng Dalem Jaya Mustafa bersama pasukan Mataram menyerang Batavia, ia dan pasukannya tilem di Mangunjaya.
“Menurut sejarah yang ditulis para kepala desa pendahulu kami, di Mangunjaya pernah tinggal Senopati Mataram bernama Kanjeng Dalem Jaya Mustafa. Dia dan pengikutnya, memilih tinggal hingga akhir hayatnya di Mangunjaya, dari pada harus pulang ke Mataram,” kata Furkonudin.
Namun demikian, keberadaan situs di Bukit Pasirlaja, Furkonudin enggan menghubungkannya dengan Kanjeng Dalem Jaya Mustafa dan pengikutnya. Pasalnya kata dia, dalam catatan yang ditulis para kepala desa pendahulunya, tidak tersurat hubungan antar kedua fenomena tersebut.
“Saya belum bisa menjelaskan terkait hal itu. Hanya, warga sekitar Mangunjaya sering bercerita jika situs di Bukit Pasirlaja tempat bertemunya lelembut di alam ruhaniah sana,” katanya.
Camat Mangunjaya, Irwansyah mengatakan, walaupun situs di daerahnya belum bisa diurai cerita yang melatarbelakanginya, tetapi pihaknya ingin pemerintah memberikan perlindungan pada peninggalan masa lalu tersebut. “Kami ingin di sekitar lokasi situs dibuat pagar pembatas dan bangunan yang melindungi situs dari cuaca. Sehingga suatu ketika, situs ini bisa diungkap keberadaannya, seperti kehidupan sosial ataupun hal-hal lainnya pada masa itu,” kata Irwansyah.
Sumber : http://www.kabar-priangan.com/